[Review] Aishiteru
Judul: Aishiteru : Cinta sering datang sendiri saat kita
menganggapnya telah pergi.
Penulis: Keisha Sarang
Cover designer : Etsu Ai Jiro
Layout : Misato Matshusina
Editor : Ginko Tetanaka
Penerbit: Zettu
Tebal: 260 hlm
Tahun Terbit: Cet I, 2013
ISBN: 978-602-7735-39-2
---
Aya, gadis
kampung yang mmeenyikapi luka di masa kecil dengan menjual tawa menjadi badut
fantasi sebuah taman hiburan. Tak peduli hatinya menangis, yang penting ia bisa
menghibur orang dan dapat uang. Namun, di balik topengnya, ia bisa mencuri hati
Kei, seorang fotografer hebat. Lalu nasib pun berkata lain, tiba-tiba Aya
menjadi model!
Dan Aya pun
mendadak pingsan saat Kei berucap ...
“Kimi tte
itsu made mo suteki na egao o shite ru ne (Kamu selalu tersenyum mempesona).”
“Zettai ni
shiwase ni suru kara (Aku berjanji akan membahagiakanmu).”
“Tsukiatte
kudasai (Jadilah kekasihku)”
---
Aishiteru, novel terjemahan yang satu ini mengusung genre
romance, tapi, dari halaman 1 sampai 256, aku belum dapat feel romancenya,
keromantisan Aya dan Kei tidak membuatku tersipu atau apa. Sebenarnya, kalo aja
pembawaannya enak, alurnya cukup bagus. Selain itu, minus-nya masih lumayan
banyak, dialognya. Tak ada penambahan di belakang dialognya, buatku harus
berpikir lagi siapa yang sedang berbicara. Novel ini juga seperti kumpulan
artikel, memberitau sampai detail, seperti ‘Yoshimoto Shin-kigeki’ di novel ini
sekitar 3 halamannya memuat ‘Yoshimoto Shin-kigeki’. Walaupun berguna, tapi
sedikit mengganggu jalannya cerita. Ending cerita, sepertinya dibuat saat tergesa-gesa,
karena saat aku membaca juga seakan novel yang seharusnya masih panjang itu di
hentikan lalu langsung ke ending.
Di balik minusnya itu, ada beberapa kekagumanku di novel
tersebut, jalan ceritanya, konflik-nya menyatu sangat kompleks. Ada kalimat
bagus dan membuatku termotivasi (Horray!). Covernya, didominasi warna merah tua
terkesan elegan dan mewah.
Kalimat favorit :
“ Bukan hanya fisikku yang bertopeng, namun juga hatiku,
jiwaku bertopeng” (Hlm. 58)
“Dua manusia keras kepala, beda generasi dengan cara
sederhana, apa adanya dengan yang kami miliki” (Hlm.80)
“Hidup ini selalu bermula, perjuangan itu tak akan
berakhir hingga tetesan darah terakhir, hembusan nafas terakhir ...” (Hlm.93)
“Kalaupun aku terluka bukan karena dia telah menyakitiku,
namun karena aku pernah mencintainya dengan sungguh. Cinta itu tak akan
membunuhku, namun aku akan membunuh cinta itu!” (Hlm. 253)
“Hati tidak bisa bohong. Rasa itu jujur tak bisa kubuang”
(Hlm. 254)
“Begitu mudah Tuhan mendengar tangisku, mengabulkan doaku
yang sangat jauh dari akal ...” (Hlm. 256)
Novel ini membuatku sadar bahwa tidak ada salahnya
bermimpi, seperti Aya seorang gadis kampung yang menjadi badut memimpikan Kei.
Komentar
Posting Komentar