[Cerpen] TARA

“Kau?!” seru Inggi sampai liurnya keluar, tak berapa lama dia menarik sehelai rambutku sambil bilang “Hey! Jangan mentang-mentang kau disegani ya!”

Aku mendorongnya jauh-jauh dari tubuhku, tubuhnya terpental ke dinding aula sekolah yang berwarna hijau toska. “Kau keren sekali Axel!” seru Risa sambil bertepuk tangan, dan 2 detik kemudian, pengikutku bersorak-sorai, membanggakanku karena sudah melawan Queen Of Speak menjijikkan itu.

Berani-beraninya dia menghinaku, Risa dan pengikutku. Dia bilang kami adalah pemberontak dan sebagainya, lalu dia mengirimi pesan broadcast yang isinya menjelekkan kami, aku tidak terima itu! Orang macam dia harus dapat pelajaran!

“Dasar kucing bodoh!” Inggi berusaha untuk berdiri, dia mengelap bibirnya yang berdarah karena terpental tadi.

“Masih berani kau dengan kami?” tanyaku sambil membuang ludah di depannya.
“Huuuu” Kiera menyoraki Inggi yang sekarang tidak berdaya.

Sebenarnya, pengikut Inggi tidak kalah banyak dengan pengikutku, namun karena kabar perang akan dimulai sudah tersebar duluan, satu per satu pengikut setianya itu beralih padaku, mereka memuji-muji kelompokku dan menjelek-jelekkan mantan kelompok mereka.

Tidak sedikit yang menyukai Inggi, karena parasnya yang cantik, tubuhnya bak supermodel, rambutnya terurai panjang, pernah membuatku luluh.

Aku mengangkat tanganku mengisyaratkan Rey, Adam dan Tera untuk membuat Inggi jera, selama itu juga pengikutku bersorak, sekolah yang biasa sepi kini menjadi ramai.

“Kau keren sekali” puji Risa sambil merangkulku, dia adalah kekasihku. Aku tersenyum menanggapinya, lalu Kiera menghampiriku sambil tersenyum.

“Buat dia jera, sayang” katanya sambil melirik Inggi yang sekarang terkapar, aku langsung merangkul kekasih keduaku itu.
***

Besoknya, aku mengecek Fanbase kami; TARA. Singkatan dari Tera, Adam, Rey dan Axel. Ada sekitar 103 orang baru yang masuk dalam fanbase kami. Palingan juga antek-anteknya Inggi yang udah beralih.

Fanbaseku, i mean milik kami berempat, sudah ada sekitar tujuh puluh lima persen pengikut dari sekolah, dan sisanya di luar sekolah.

“Big bos, objek ijime itu kita mau apakan?” tanya Givelo sembari menunjuk ke arah Inggi yang sedang berjalan di gang belakang sekolah.

“Beri dia air, mungkin dia haus. Suruh Kiera dan Risa saja.” Perintahku dan dalam hitungan menit, orang yang sedang berjalan basah kuyup.

“TARA!!” serunya sambil mengepalkan tangan geram.

Oh ya, aku punya satu rahasia besar seorang Inggi, kata Felic, mantan antek Inggi, Inggi menyukaiku. Ah, akan kubuat dia menjadi kekasihku.

“Inggi!” sahutku sambil berlari menuju Inggi yang sekarang marah, saat berhadapan dengannya, aku langsung di tampar oleh gadis cantik itu.

“Hey, kau tidak apa?” tanyaku sambil menggenggam tangannya, dia langsung menunduk, tapi bisa kupastikan wajahnya memerah. “Sini, kubantu...”

Terjadi keheningan lumayan lama, sampai Inggi bersuara “Kenapa kau membantuku?” tanyanya tak percaya.

Aku hanya ingin mempermainkanmu, itu saja...

“Aku menyukaimu, ternyata aku selama ini tidak sadar bahwa aku menyukaimu, kau gadis yang cantik, lucu... dan aku menginginkanmu...” gombalku, dia langsung pergi meninggalkanku.
***

Malamnya, aku menelpon objek Ijime bulan april ini; Inggi. Untuk menyatakan perasaan palsuku ini, inginnya sih aku menyatakannya besok, tapi yah...

“Halo Inggi!” sapaku, di seberang sana Inggi sedang diam.
“Kenapa kau ini? Menelponku?” dia berubah sinis, tapi kutau perasaan wanita sepertinya akan terbang melayang...

Besoknya, seperti yang kurencanakan, aku akan mengadakan sparing basket dengan kelas IPA 7 untuk memperebutkan Inggi (Fake), Inggi yang tau langsung khawatir.

Saatku berjalan menuju lapangan, para wanita menyorakiku dengan kata-kata seperti ini misalnya; marry me Axel, I love you, Never give up darling! Aku memang banyak digilai para wanita walaupun aku menyebalkan.

Saat itu juga lengkingan peluit berkumandang, timku mendapatp point 35 dan tim lawan mendapat hanya 12 point.

Pertandingan berakhir sudah, aku memenangkannya dan para wanita penggilaku makin bertambah banyak, dan juga Inggi sudah ada di tanganku sekarang.

Come here baby!” aku memanggil Inggi yang sedang di soraki oleh para penggila TARA. Dalam hitungan detik Inggi sudah memelukku, aku sih yang memaksanya. Para wanita penggila itu bersorak-sorai, ada yang menangis ada juga yang berjingkrak-jingkrak.

Dalam keramaian beberapa orang berteriak berbarengan, dari suaranya aku bisa mengira dia wanita “Axel, we love you, Jerk!”


Aku benar-benar menyukai hidupku... tidak ada yang bakal menang melawan TARA, ha-ha-ha-ha (tawa sinis).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] Lost Novel by Eve Shi

[Review] Aishiteru

[Review] Koala Kumal