[Cerpen] When She Smile

Aku sedang mengamati gadis itu, terbalut mini dress putih dan stiletto berwarna senada. Dia balik mengamatiku dari ujung rambutku sampai ujung sepatu pantoufel-ku. Honestly, aku tidak setampan Kim Hyun Jong saat mengenakan jas, aku lebih mirip Thuang di film SuckSeed, tapi kuyakin kalian akan tersihir oleh setelan jas biru yang kupakai sekarang.

Kini dia mengambil bunga yang special dariku, sebagai hadiah pertunangan kami, dia mencium harum sedap bunga itu dan tersenyum manis kepadaku, semua orang akan tersihir saat dia tersnyum. Dia menarik jubahnya yang terbuat dari lace dan menghampiriku.

Dia menyodorkan bunga itu ke hidungku “Cium aromanya, hirup. Benar-benar menenangkanku ...” aku langsung mengangguk dan menghirup aroma itu, sejurus kemudian aku terbatuk-batuk, berbeda dengan yang ia jelaskan, ini jelas-jelas wangi menyan, dan wangi ini benar-benar tidak menenangkan kecuali makhluk tak terlihat misalnya.

Ternyata wanita yang satu ini benar-benar special diberikan Tuhan untukku, selain menyebalkan dan sebagainya, dia seperti punya sihir di bibirnya. Bibirnya memang tidak se-seksi tokoh kartun ... aku tidak tau namanya. Bibirnya tipis, agak berisi, warna peach alami selalu menjadi suguhan tersendiri buatku, 2 lesung pipitnya bagaikan pelangi yang terus terlihat. Berbeda dengan fakta, pelangi pasti akan menghilang setelah 5-10 menit lamanya menghiasi langit biru.

“Hey baby! Whats happen here?” Tanya seseorang sambil memisahkanku dari Hana, Hana sendiri menatap orang itu sebal sambil memukulinya dengan bunga aroma menyan itu, orang itu bersin-bersin hebat.

Dengan enerjiknya, Young Jae menarik tanganku sambil berlari, jubah lace-nya terlepas, tapi tidak membuat pesonanya hilang. Aku dan Young Jae masih berlari dari bukit tempat kami menghabisi petang setelah acara pertunangan ...

“Jun Gu! Cepat bangun! Sebentar lagi bel masuk! Jung Gu!”

“Hei, bodoh! Cepat bangun! Hari ini ada kelas sejarah dan berarti kau akan bertemu Young Jae!”

Aku mengerjapkan mata yang terasa sangat berat, lalu menatap Dong Ji sedang memukuliku dengan bantal, apa sih dia? Mengganggu acara pertunanganku saja.

“Hey Thuang imitasi! Cepat bangun, atau aku dan kau akan kena hukuman lagi!”

Aku menatap Dong Ji dengan kemeja coklat dan mantel hitam yang ia pegang, aku masih tak bisa terima ini, dia benar-benar jahat merusak hari pertunanganku.
“Jun Gu, bodoh! Ini sudah pukul 7!”

Mataku menatap Dong Ji tak percaya, lalu menatap jam dinding di tembok, pukul 7! Astaga, kenapa dia tidak membangunkanku, sahabat macam apa dia? Ini kan hari selasa, ada kelas sejarah bersama Young Jae. Dan juga ...

Aku berderap pergi ke kamar mandi lalu menggosk gigiku, setelah itu aku mengganti pakaianku dengan pakaian musim dingin. Aku mendesah, berarti saat di bukit bertunangan dengan Young Jae itu hanya mimpi, mimpi yang sulit untuk di gapai. Memerlukan ratusan tangga untuk menggapainya.

“Semoga saja kita tidak diceramahi tentang dinasti Joseon lagi karena kau terlalu lama tertidur!”

Dong Ji terus menceramahiku dengan segala wejangan useless-nya.
Aku terus berjalan cepat di atas salju yang telah menggungung di persekitaran dorm. Lantas aku berlari menuju kampus tak memedulikan Dong Ji yang kini menatapku tak percaya akan di tinggali oleh orang yang tidak tau diri.

Persetan, aku tidak mau telat di hari paling menyenangkan baginya, bisa melihat senyumnya dari jauh saja membuat hati senang, apa lagi bisa satu kelas dengannya.

Saatku memasuki kelas, kelas masih sepi, seperti pertama kali aku menjejaki kaki di sini, tak tampang Bu Ji Hyun yang sedang memarahi Kiva, murid pertukaran pelajar yang mengantuk saat kelas sejarah. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh kelas, tau-tau seekor kecoa menyembul dari
tumpukan sampah, tsk.

“Ha?” Dong Ji terengah, lalu melongo seketika melihat kelas sepi, hanya ada kecoa. “Kemana murid-muridnya?”

Aku menggeleng, tak tau pasti apa yang merasuki murid-murid kelas sejarah, Bu Ji Hyun memang guru killer dan sebagainya, tapi tidak mungkinkan mereka semua membolos saat bertemu Young Jae
 dengan senyumnya? Ah, aku lupa hari ini kan ...

“Hey, sedang apa kalian? Kelas sejarah bukannya diliburkan ya?”

"Hari ini kelas sejarah diliburkan, katanya diundang pertunangannya Young Jae ..."

Aku baru sadar sekarang, Young Jae bertunangan dengan anak pemilik 3 perusahaan terbesar di Korea. Aku menghela nafas panjang lalu melirik Dong Ji yang sedang menepuk jidat. Well, sebenarnya saat berangkat ke sini aku sudah ingat, tapi aku berusaha tidak ingat.

"Ayo, kita berangkat ke sana" Dong Ji mendorong tubuhku keluar kelas, aku hanya menerawang salju di depan, wajah Young Jae saat berlari denganku terus terbayang di benakku, saat dia menyuruhku
 mencium aroma menyan, saat dia tersenyum ...

Wajah imut Young Jae saat pertama bertemu denganku, membuatku terus memimpikannya, apa lagi saat dia tersenyum, kurasa itu salah satu keajaiban dunia. Seharusnya senyumnya itu masuk UNESCO atau apa.

Kuingat lagi, saat dia bertemu dengan Jason, tunangannya, dia merona merah lalu tersenyum kepada Jason, hatiku terasa sakit saat itu, tapi yah, aku memang tak setampan Jason, perbandingan yang sangat jauh.

Kini aku sedang duduk di mobil Dong Ji, entah ini keputusan bijak melihat orang yang kuimpikan akan hidup satu atap tapi nyatanya dia hidup bersama orang lain, menyakitkan memang.

"Are you oke?" tanya Dong Ji membuatku menoleh ke arahnya, dia memang sangat baik, menanyakan apa yang sudah ia tau jawabannya.

"Not bad ..." aku kembali menoleh ke jalan raya. Tau-tau mataku menangkap Young Jae sedang terduduk di depan gedung sambil tersenyum khas kepadaku, aku langsung mengerjap dan melihatnya lagi, dia sudah tidak di sana. Baiklah, ini terlalu over.

"Sudah sampai, Jun Gu, kau ingin melihatnya, kan?"

Aku mengangguk lalu keluar dari mobil dan melihat convention hall yang sudah ramai oleh manusia, aku bisa melihat Kiva sedang melambaikan tangan ke arahku dan Dong Ji. Kubalas dengan senyumanku.

Di dalam, Jason terbalut setelan jas berwarna biru muda, sama seperti yang kupakai dalam mimpi. Young Jae melambaikan tangan ke arahku sambil memamerkan senyum khasnya, lagi-lagi aku tersihir olehnya walaupun sudah sering melihatnya tersenyum. Seperti dalam mimpiku, Young Jae memakai mini dress putih dengan judah senada, stiletto-nya juga demikian. Mimpi yang benar-benar aneh.

Aku lantas tersnyum kepadanya, lalu duduk di kursi yang telah di sediakan, Kiva dan Dong Ji sama-sama duduk di kursi yang mengelilingi meja "Dia masih cantik walaupun semalam menangis ..." Kiva mengangkat gelasnya.

"Senyumnya terus menyihirku, kau tau?"

Aku mengangguk setuju, beberapa kali melihatnya tersnyum tak akan membuat orang bosan, apalagi baby face-nya yang sangat lucu. Bisa-bisa orang mengiria dia masih anak SMA.

Tau-tau Young Jae menghampiriku, i mean menghampiri kami sambil tersnyum riang, aku tak mengerti apa yang Kiva katakan, dia bilang putri ini menangis semalam?

"Hey, bagaimana gaunku? Bagus, bukan?" tanyanya sambil duduk di sampingku. Aku menggeleng
 lemah.

"Hya! Gaun ini bagus sekali Jun Gu!" kini dia memukuliku dengan bunganya, benar-benar seperti mimpi. Aku hanya tersenyum miris kepadanya lalu membuang muka, tak mau terpuruk.

Young Jae tersnyum, tapi kali ini senyumannya malah membuatku sakit hati dari pada terpesona, mungkin faktornya adalah perasaanku sendiri ...

Aku keluar dari hall dengan alasan ingin buang air kecil padahal sebenarnya aku ingin menikmati salju, siapa tau dia menurunkan bidadari yang menerimaku. Hatiku masih tidak bisa terima Young Jae bertunangan dengan Jason yang jelas-jelas hanya ingin mempermainkan Young Jae.

Aku mengulurkan tanganku yang basah terkena butiran salju, berharap esok bisa melupakannya yang terlalu indah, tapi masih bisa melihat senyumannya yang menyihir banyak orang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] Lost Novel by Eve Shi

[Review] Aishiteru

[Review] Koala Kumal