When She Smile versi Indonesia
When She Smile (Dengan sedikit perombakan nama, versi korea
http://galsforall.blogspot.sg/2014/05/cerpen-when-she-smile.html)
Aku sedang mengamati gadis itu, terbalut mini dress putih
dan stiletto berwarna senada. Dia balik mengamatiku dari ujung rambutku sampai
ujung sepatu pantoufel-ku. Honestly, aku tidak setampan Kim Hyun Jong saat
mengenakan jas, aku lebih mirip Thuang di film SuckSeed, tapi kuyakin kalian
akan tersihir oleh setelan jas biru yang kupakai sekarang.
Kini dia mengambil bunga yang special dariku, sebagai hadiah
pertunangan kami, dia mencium harum sedap bunga itu dan tersenyum manis
kepadaku, semua orang akan tersihir saat dia tersnyum. Dia menarik jubahnya
yang terbuat dari lace dan menghampiriku.
Dia menyodorkan bunga itu ke hidungku “Cium aromanya, hirup.
Benar-benar menenangkanku ...” aku langsung mengangguk dan menghirup aroma itu,
sejurus kemudian aku terbatuk-batuk, berbeda dengan yang ia jelaskan, ini
jelas-jelas wangi menyan, dan wangi ini benar-benar tidak menenangkan kecuali makhluk
tak terlihat misalnya.
Ternyata wanita yang satu ini benar-benar special diberikan
Tuhan untukku, selain menyebalkan dan sebagainya, dia seperti punya sihir di
bibirnya. Bibirnya memang tidak se-seksi tokoh kartun ... aku tidak tau
namanya. Bibirnya tipis, agak berisi, warna peach alami selalu menjadi suguhan
tersendiri buatku, 2 lesung pipitnya bagaikan pelangi yang terus terlihat.
Berbeda dengan fakta, pelangi pasti akan menghilang setelah 5-10 menit lamanya
menghiasi langit biru.
“Hey baby! Whats happen here?” Tanya seseorang sambil
memisahkanku dari Hana, Hana sendiri menatap orang itu sebal sambil memukulinya
dengan bunga aroma menyan itu, orang itu bersin-bersin hebat.
Dengan enerjiknya, Hana menarik tanganku sambil berlari,
jubah lace-nya terlepas, tapi tidak membuat pesonanya hilang. Aku dan Hana
masih berlari dari bukit tempat kami menghabisi petang setelah acara
pertunangan ...
“Andri! Cepat bangun! Sebentar lagi bel masuk! Andri!”
“Hei, bodoh! Cepat bangun! Hari ini ada kelas sejarah dan
berarti kau akan bertemu Hana!”
Aku mengerjapkan mata yang terasa sangat berat, lalu menatap
Alex sedang memukuliku dengan bantal, apa sih dia? Mengganggu acara
pertunanganku saja.
“Hey Thuang imitasi! Cepat bangun, atau aku dan kau akan
kena hukuman lagi!”
Aku menatap Alex dengan kemeja coklat dan mantel hitam yang
ia pegang, aku masih tak bisa terima ini, dia benar-benar jahat merusak hari
pertunanganku.
“Andri, bodoh! Ini sudah pukul 7!”
Mataku menatap Alex tak percaya, lalu menatap jam dinding di
tembok, pukul 7! Astaga, kenapa dia tidak membangunkanku, sahabat macam apa
dia? Ini kan hari selasa, ada kelas sejarah bersama Hana. Dan juga ...
Aku berderap pergi ke kamar mandi lalu menggosk gigiku,
setelah itu aku mengganti pakaianku dengan pakaian musim dingin. Aku mendesah,
berarti saat di bukit bertunangan dengan Hana itu hanya mimpi, mimpi yang sulit
untuk di gapai. Memerlukan ratusan tangga untuk menggapainya.
“Semoga saja kita tidak diceramahi tentang dinasti Joseon
lagi karena kau terlalu lama tertidur!”
Alex terus menceramahiku dengan segala wejangan useless-nya.
Aku terus berjalan cepat di atas salju yang telah
menggungung di persekitaran dorm. Lantas aku berlari menuju kampus tak memedulikan
Alex yang kini menatapku tak percaya akan di tinggali oleh orang yang tidak tau
diri.
Persetan, aku tidak mau telat di hari paling menyenangkan
baginya, bisa melihat senyumnya dari jauh saja membuat hati senang, apa lagi
bisa satu kelas dengannya.
Saatku memasuki kelas, kelas masih sepi, seperti pertama
kali aku menjejaki kaki di sini, tak tampang bu Tera yang sedang memarahi Kiva,
murid pertukaran pelajar yang mengantuk saat kelas sejarah. Aku mengedarkan
pandangan ke seluruh kelas, tau-tau seekor kecoa menyembul dari
tumpukan sampah, tsk.
“Ha?” Alex terengah, lalu melongo seketika melihat kelas
sepi, hanya ada kecoa. “Kemana murid-muridnya?”
Aku menggeleng, tak tau pasti apa yang merasuki murid-murid
kelas sejarah, Bu Ji Hyun memang guru killer dan sebagainya, tapi tidak
mungkinkan mereka semua membolos saat bertemu Hana
dengan senyumnya? Ah,
aku lupa hari ini kan ...
“Hey, sedang apa kalian? Kelas sejarah bukannya diliburkan
ya?”
"Hari ini kelas sejarah diliburkan, katanya diundang
pertunangannya Hana ..."
Aku baru sadar sekarang, Hana bertunangan dengan anak
pemilik 3 perusahaan terbesar di Korea. Aku menghela nafas panjang lalu melirik
Alex yang sedang menepuk jidat. Well, sebenarnya saat berangkat ke sini aku
sudah ingat, tapi aku berusaha tidak ingat.
"Ayo, kita berangkat ke sana" Alex mendorong
tubuhku keluar kelas, aku hanya menerawang salju di depan, wajah Hana saat
berlari denganku terus terbayang di benakku, saat dia menyuruhku
mencium aroma menyan,
saat dia tersenyum ...
Wajah imut Hana saat pertama bertemu denganku, membuatku
terus memimpikannya, apa lagi saat dia tersenyum, kurasa itu salah satu
keajaiban dunia. Seharusnya senyumnya itu masuk UNESCO atau apa.
Kuingat lagi, saat dia bertemu dengan Jason, tunangannya,
dia merona merah lalu tersenyum kepada Jason, hatiku terasa sakit saat itu,
tapi yah, aku memang tak setampan Jason, perbandingan yang sangat jauh.
Kini aku sedang duduk di mobil Alex, entah ini keputusan
bijak melihat orang yang kuimpikan akan hidup satu atap tapi nyatanya dia hidup
bersama orang lain, menyakitkan memang.
"Are you okay?" tanya Alex membuatku menoleh ke
arahnya, dia memang sangat baik, menanyakan apa yang sudah ia tau jawabannya.
"Not bad ..." aku kembali menoleh ke jalan raya.
Tau-tau mataku menangkap Hana sedang terduduk di depan gedung sambil tersenyum
khas kepadaku, aku langsung mengerjap dan melihatnya lagi, dia sudah tidak di
sana. Baiklah, ini terlalu over.
"Sudah sampai, Andri, kau ingin melihatnya, kan?"
Aku mengangguk lalu keluar dari mobil dan melihat convention
hall yang sudah ramai oleh manusia, aku bisa melihat Kiva sedang melambaikan
tangan ke arahku dan Alex. Kubalas dengan senyumanku.
Di dalam, Jason terbalut setelan jas berwarna biru muda,
sama seperti yang kupakai dalam mimpi. Hana melambaikan tangan ke arahku sambil
memamerkan senyum khasnya, lagi-lagi aku tersihir olehnya walaupun sudah sering
melihatnya tersenyum. Seperti dalam mimpiku, Hana memakai mini dress putih
dengan judah senada, stiletto-nya juga demikian. Mimpi yang benar-benar aneh.
Aku lantas tersnyum kepadanya, lalu duduk di kursi yang
telah di sediakan, Kiva dan Alex sama-sama duduk di kursi yang mengelilingi
meja "Dia masih cantik walaupun semalam menangis ..." Kiva mengangkat
gelasnya.
"Senyumnya terus menyihirku, kau tau?"
Aku mengangguk setuju, beberapa kali melihatnya tersnyum tak
akan membuat orang bosan, apalagi baby face-nya yang sangat lucu. Bisa-bisa
orang mengiria dia masih anak SMA.
Tau-tau Hana menghampiriku, i mean menghampiri kami sambil
tersnyum riang, aku tak mengerti apa yang Kiva katakan, dia bilang putri ini
menangis semalam?
"Hey, bagaimana gaunku? Bagus, bukan?" tanyanya
sambil duduk di sampingku. Aku menggeleng lemah.
"Hya! Gaun ini bagus sekali Andri!" kini dia
memukuliku dengan bunganya, benar-benar seperti mimpi. Aku hanya tersenyum
miris kepadanya lalu membuang muka, tak mau terpuruk.
Hana tersnyum, tapi kali ini senyumannya malah membuatku
sakit hati dari pada terpesona, mungkin faktornya adalah perasaanku sendiri ...
Aku keluar dari hall dengan alasan ingin buang air kecil
padahal sebenarnya aku ingin menikmati salju, siapa tau dia menurunkan bidadari
yang menerimaku. Hatiku masih tidak bisa terima Hana bertunangan dengan Jason
yang jelas-jelas hanya ingin mempermainkan Hana.
Aku mengulurkan tanganku yang basah terkena butiran salju,
berharap esok bisa melupakannya yang terlalu indah, tapi masih bisa melihat
senyumannya yang menyihir banyak orang.
Komentar
Posting Komentar