[Dongeng] Hilangnya Kaus Kaki Zae

Hilangnya Kaus Kaki Zae

“Zae! Kalau menyimpan kaus kaki itu yang benar dong!” bentakku pada Zae, itu memang kaus kaki busuknya dan aku tidak peduli, tapi karena flashdisk-ku terjatuh ke dalamnya, aku harus peduli.
Zae menatapku seakan bilang ‘Maafkan aku, aku tidak sengaja’. Aku mendesah, flashdisk itu benar-benar krusial dan sakral mungkin. Rasanya benar-benar tidak terima saat mendengar bahwa flasdisk-ku lenyap bersama aroma busuk kaus kaki. Bwekk.
“Mari kita cari bersama-sama, ayolah Vi.” Zae memohon, jadi sebal aku. Jika flashdisk-ku tidak berisi tidak berisi yang penting sih tidak apa, tapi nyatanya isi flashdisk itu adalah dokumen menuju impianku, naskah sebuah novel buatanku. Aku sudah punya kontrak penerbitan, tinggal mengirim naskah, satu langkah lagi! Dan Zae merusak semuanya.
“Baiklah, besok aku tunggu di sekolah.” kataku setuju, apa daya, masak aku harus merelakan mimpiku yang sekarang berada dalam kaus kaki. Tinggal menungggu sampai esok hari dan langsung mengirim naskah itu.
Kronologisnya begini, Zae meminjam flashdisk-ku untuk membaca naskahku, lalu jam pelajaran olahraga tiba, materinya senam lantai, Zae melepas kaus kakinya dan saat itu juga flashdisk-ku terjatuh. Jam olahraga selesai, kaus kaki Zae sudah hilang tanpa jejak, aromanya yang membandel bahkan ikut hilang.
Satrio yang pandai berkhayal bilang bahwa kaus kaki Zae dibawa dewa mouse atau dewa tikus, sedangkan Marin yang sok detektif bilang bahwa ada komplotan penjahat yang mencuri kaus kaki itu.
Entahlah mana yang benar, sepatunya Zae malah baik-baik saja.
“Kok besok?” tanya Zae tak percaya, memangnya kapan lagi? Ha? Dia fikir mau sekarang mencarinya? Anak SD mencari sepasang kaus kaki dengan aroma tak sedap saat petang seperti ini? Dia gila!
“Memangnya kapan lagi?” tanyaku balik.
Dia menunjuk jam di dinding “Sekarang! Sebelum dewa mouse pergi!” jelasnya, ternyata Zae juga pengkhayal berat, wajar sih dia pengkhayal berat, dia kan pendongeng kelas kakap, dan aku masih penulis kelas sarden.
“Ini sudah petang, Zae! Sebentar lagi malam!” aku melirik jam tanganku yang menujukkan pukul 5 sore. Ibuku mungkin kebingungan mencariku.
“Justru itu! Dewa mouse akan pergi saat matahari tenggelam!”
Tanpa kusadari, tanganku ditarik Zae menuju gudang. Sesampainya di sana, Zae langsung membuka pintu gudang dan Sleerp! Udara bersama debu-debu menyerbu hidungku, membuatku bersin-bersin luar biasa, Zae malah takjub dengan benda-benda rusak yang tertata di pojok sana.
Di dalam gudang terdapat beberapa kursi tak layak pakai dan keju... Yang buatku terkejut, seekor tikus dengan sayap putih sedang terbang di dekat kursi tak layak pakai itu, dia tersenyum manis kepadaku, tidak seperti yang ada dalam tv, tikus ini beebulu putih dan kumisnya lebih teratur dan pastinya dia perawatan ... seperti tanteku ...
“Zae ...” panggilku. Zae mendiamkanku, dia terfokus untuk mencari kaus kakinya itu sekaligus melihat-lihat barang seperti globe.
“Zae ...” panggilku lagi, tikus bersayap putih itu tersenyum lagi dan terbang, alih-alih mencari kaus kaki.
Sambil mengikuti dewa mouse itu (sepertinya) sayup-sayup aku mendengar dewa Mouse itu bersuara kecil, “Aku dewa tikus, tidak usah takut. Tadi anak buahku membawa kaus kaki ini ke sini, mereka ingin membawanya ke istana untuk di cuci. Tapi kularang karena kutau kalian pasti datang ke sini ...”
Tiba-tiba saja dewa tikus itu menghilang seketika, tak berbekas dan tak berjejak. Aku langsung mengedarkan pandangan dan aku mendapati kaus kaki busuk Zae.
“Zae! Aku menemukannya!” teriakku pada Zae sambil mengacungkan kaus kaki itu.
Kami langsung keluar dari gudang dengan riang, Karena flashdisk-ku tidak rusak maupun cacat, kaus kaki Zae juga tidak robek atau hancur. Aku langsung meminta maaf pada Zae karena terbawa emosi saat mengetahui flashdisk-ku hilang.
“Maafkan aku juga ya. Aku janji tidak akan mengulangi ini dan akan mencuci kaus kaki ...” katanya sambil menepuk-nepuk kaus kakinya.
Aku sih tidak peduli amat dengan kaus kakinya, yang terpenting aku bisa mengajukan naskahku. Egois sih tapi... baiklah, aku tidak memandang sebelah mata, seperti tadi, masalah kaus kaki Zae.




Komentar

  1. yg penting itu bukan kaus kakinya, tapi karena efek dari hilangnya kaus kaki itu sendiri. bisa merusak hubungan dua orang tadi

    BalasHapus
  2. Gue salah satu orang yang suka kehilangan kaus kaki :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] Lost Novel by Eve Shi

[Review] Aishiteru

[Review] Koala Kumal