[Rabu Menulis] Thanks God, For Everything

Muncratan air sungai membasahi tubuhnya, bunyi kecipak dari kaki-kaki bau teman-temannya mengalun lembut, bunyi sengau-sengau terdengar indah di telinganya. Suara parau dari burung-burung yang hilir mudik menariknya kembali ke bumi.

Ia menatapi bekar-bekas luka di kaki Levi, luka akibat diterkam ular berwarna ombre. Pemulihan Levi termasuk sangat cepat, teman-temannya sendiri bingung, Levi seorang penyihir atau bukan.

"Levi! Lihatlah bagaimana Tuhanmu menyayangimu!" Ia mendorong kaki Levi yang sedikit burikan itu.

"Bersyukurlah Lev." Vee menimpali, tangannya mengayun lembut membelai rambut basah Levi.

"Aku tau. Meskipun kakiku tak mungkin berfungsi lagi." Levi menyandarkan tubuhnya ke batu, "dengan begini, aku bisa menikmati kehidupan." Levi menghembuskan nafasnya pelan.

Kaki Levi pernah ditikam ular, tapi tak membuat tungkainya berhenti menikmati surga kehidupan yang terdapat di hutan-hutan. Malahan, ular itu menjadi sumber motivasi terbesarnya hingga sampai di hutan Kalimantan, entah bagian mana.

Levi mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru hutan, Dinas Tata Kota tak mungkin bisa menata pohon sedemikian apik, sekalipun menyewa ahli yang sangat ahli. Levi mengucap hamdallah banyak-banyak, ia bersyukur Tuhan tidak mencabut nyawanya lewat bisa ular itu, dengan begitu dia masih bisa menikmati apa yang Tuhan sodorkan untuknya. Sebuah surga di atas bumi.

Pohon-pohon besar nan tinggi menusuk hatinya dalam-dalam, betapa bodohnya manusia yang tidak berterima kasih kepada Tuhannya yang telah memberikan sejuta--semiliar bahkan tak terhingga kehidupan. Ia menatap teman-temannya lagi, si Ia, si Vee dan si Ruth yang masih khusyuk membaca Tentang Waktu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] Lost Novel by Eve Shi

[Review] Aishiteru

[Review] Koala Kumal